BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Budaya tak akan lepas dari kehidupan manusia karena
manusialah yang menciptakan budaya tersebut. Hal ini sesuai dengan konsep
kebudayaan yang telah di tulis oleh Koentjaraningrat bahwa konsep budaya
merupakan seluruh total pikiran, karya, dan hasil karya manusia yang tidak
berakar kepada nalurinya dan karena itu hanya bisa dicetuskan oleh manusia
sesudah suatu proses belajar[1].
Konsep budaya ini sangatlah luas karena meliputi seluruh aktivitas manusia.
Budaya ada yang berwujud abstrak dan konkret, berwujud abstrak karena tidak
dapat dilihat ataupun diraba seperti gagasan, ide-ide yang berada pada pikiran manusia. Budaya yang berwujud konkret itu
dapat dilihat, diraba, difoto seperti perilaku manusia dan hasil karyanya.
Budaya suatu kelompok pun dipengaruhi dengan letak
geografis kelompok tersebut. Oleh karena itu setiap negara akan mempunyai
budaya yang berbeda-beda. Hal ini sama dengan Indonesia yang sejak dahulu telah
banyak dikunjungi berbagai bangsa dari negara lain. Tidak heran Indonesia
mempunyai berbagai macam budaya dan menganut berbagai agama. Karena setiap
negara lain yang berkunjung ke Indonesia yang awalnya bertujuan untuk berdagang
semakin lama berkembang terjadi perkawinan dan menyebarlah baik itu budaya dan
agama yang di bawa dari negara lain.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan akulturasi?
2.
Bagaimana ciri-ciri akulturasi dalam
bidang agama dan budaya?
3.
Apa yang memebedakan akulturasi dalam
bidang budaya dan agama?
4.
Bagaimana perkembangan akulturasi dalam
masyarakat Indonesia ?
5.
Bagaimana bentuk-bentuk akulturasi
Animisme, Dinamisme, Hindu-Buddha dan Islam?
6.
Mengapa terjadi akulturasi dalam hal keagamaan dan budaya Animisme, Dinamisme,
Hindu-Buddha dan Islam?
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan
akulturasi
2.
Untuk mengetahui ciri-ciri akulturasi
dalam bidang agama dan budaya
3.
Untuk mengetahui hal yang membedakan
akulturasi dalam bidang budaya dan agama
4.
Untuk mengetahui perkembangan akulturasi
dalam masyarakat Indonesia
5.
Untuk mengetahui bentuk-bentuk
akulturasi Animisme, Dinamisme, Hindu-Buddha dan Islam
6.
Untuk mengetahui sebab terjadinya
akulturasi dalam hal keagamaan dan
budaya Animisme, Dinamisme, Hindu-Buddha dan Islam
BAB
II
KAJIAN
PUSTKA
A.
Apa
yang dimaksud dengan akulturasi ?
Menurut
Koentjaraningrat, akulturasi adalah peroses social yang terjadi ketika kelompok
social dengan kebudayaan tertentu terkena budaya asing yang berbeda. Persyratan
proses akulturasi adalah senyawa (afinitas) bahwa penerima budaya tanpa rasa
kejutan, maka keseragaman (homogenitas) sebagai nilai baru dicerna karena
tingkat dan pola budaya kesamaan. Akulturasi adalah perpaduan antara kebudayaan
yang berbeda yang berlangsung dengan damai dan serasi. Contohnya perpaduan
kebudayaan antara hindu-budha dengan kebudayaan Indonesia, dimana perpaduan
antara dua kebudayaan itu tidak menghilangkan unsur – unsur asli dari kedua
kebudayaan tersebut.
Oleh
karena itu, kebudayaan hindu- budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima
begituu saja. Hasil alkuturasi budaya ditentukan oleh kekuatan dari setiap
budaya, semakin kuat suatu budaya maka akan semakin cepat penyebaraannya.
Adanya berbagai suku bangsa yang terdapat di idnonesia, secara alami aka
terjadi pertemuan dua budaya atau lebih. Dalam peroses akulturasi,semua
perbedaan yang ada akan berjalan beriringan dengan semua unsur persamaan yang
mereka miliki smapai pada ahkirnya budaya yang meiliki pengaruh lebih kuat akan
berperan besar dalam peroses akulturasi.
B.
Ciri-ciri
akulturasi dalam bidang agama dan budaya
Akulturasi merupakan
fenomena yang timbul dari hasil jika kelompok-kelompok manusia yang memiliki
kebudayaan yang berbeda-beda bertemu serta terjadi kontak secara langsung dan
secara kontinyu; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang
asli dari salah satu kelompok atau kedua-duanya. Dari definisi di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa akulturasi sama dengan kontak budaya yaitu bertemunya
dua kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru
tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya.
Dengan adanya kontak
dagang antara Indonesia dengan India, maka mengakibatkan adanya kontak budaya
atau akulturasi yang menghasilkan bentuk-bentuk kebudayaan baru tetapi tidak
melenyapkan kepribadian kebudayaan sendiri. Hal ini berarti kebudayaan Hindu –
Budha yang masuk ke Indonesia tidak diterima seperti apa adanya, tetapi diolah,
ditelaah dan disesuaikan dengan budaya yang dimiliki penduduk Indonesia,
sehingga budaya tersebut berpadu dengan kebudayaan asli Indonesia menjadi
bentuk akulturasi kebudayaan Indonesia Hindu – Budha. Wujud akulturasi tersebut
dapat diamati pada uraian materi
unsur-unsur budaya berikut ini :
1)
Akulturasi dalam bidang agama :
Religi/Kepercayaan
Sistem
kepercayaan yang berkembang di Indonesia sebelum agama Hindu-Budha masuk ke
Indonesia adalah kepercayaan yang berdasarkan pada Animisme dan Dinamisme.
Dengan masuknya agama Hindu – Budha ke
Indonesia, maka masyarakat Indonesia mulai menganut/mempercayai agama-agama
tersebut. Tetapi agama Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia sudah
mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme
adalah bagian dari proses akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan
yang berbeda menjadi satu. untuk itu agama Hindu dan Budha yang berkembang di
Indonesia, berbeda dengan agama Hindu – Budha yang dianut oleh masyarakat
India.
Perbedaaan-perbedaan
tersebut misalnya dapat dilihat dalam
upacara ritual yang diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia.
Contohnya, upacara Nyepi yang dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara
tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India.
2)
Akulturasi dalam bidang budaya :
Wujud
akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra dan seni
pertunjukan . Dalam seni rupa contoh wujud akulturasinya dapat dilihat dari
relief dinding candi (gambar timbul), gambar timbul pada candi tersebut banyak
menggambarkan suatu kisah/cerita yang berhubungan dengan ajaran agama Hindu
ataupun Budha. Relief dari candi Borobudur yang menggambarkan Budha sedang
digoda oleh Mara yang menari-nari diiringi gendang, hal ini menunjukkan bahwa
relief tersebut mengambil kisah dalam riwayat hidup Sang Budha seperti yang
terdapat dalam kitab
Lalitawistara.Demikian pula di candi-candi Hindu, relief yang juga mengambil
kisah yang terdapat dalam kepercayaan
Hindu seperti kisah Ramayana. Yang digambarkan melalui relief candi Prambanan
ataupun candi Panataran. Dari relief-relief tersebut apabila diamati lebih lanjut, ternyata Indonesia juga mengambil
kisah asli cerita tersebut, tetapi suasana kehidupan yang digambarkan oleh
relief tersebut adalah suasana kehidupan asli keadaan alam ataupun masyarakat
Indonesia. Dengan demikian terbukti bahwa Indonesia tidak menerima begitu saja
budaya India, tetapi selalu berusaha menyesuaikan dengan keadaan dan suasana di
Indonesia.
C.
Perbedaan
akulturasi dalam bidang budaya dan agama
A. Pengertian
Agama
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta dari
kata berarti tidak dan gama berarti
kacau. Kedua kata itu jika dihubungkan berarti sesuatu yang tidak kacau. Jadi
fungsi agama dalam pengertian ini
memelihara integritas dari seorang atau sekelompok orang agar hubungannya
dengan Tuhan, sesamanya, dan alam sekitarnya tidak kacau. Karena itu menurut
Hinduisme, agama sebagai kata benda berfungsi memelihara integritas dari seseorang
atau sekelompok orang agar hubungannya dengan realitas tertinggi, sesama
manusia dan alam sekitarnya. Ketidak kacauan itu disebabkan oleh penerapan
peraturan agama tentang moralitas,nilai-nilai kehidupan yang perlu dipegang,
dimaknai dan diberlakukan.
Pengertian itu jugalah yang terdapat dalam kata religion
(bahasa Inggris) yang berasal dari kata religio (bahasa Latin), yang berakar
pada kata religi yang berarti mengikat. Dalam pengertian religi termuat
peraturan tentang kebaktian bagaimana
manusia mengutuhkan hubungannya dengan realitas tertinggi (vertikal) dalam penyembahan dan hubungannya secara
horizontal.
Islam
juga mengadopsi kata agama, sebagai
terjemahan dari kata Al-Din seperti yang dimaksudkan dalam Al-Qur’an surat 3 : 19 Agama Islam disebut Din
dan Al-Din, sebagai lembaga Ilahi untuk memimpin manusia untuk mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat. Secara fenomenologis, agama
Islam dapat dipandang sebagai Corpus syari’at yang diwajibkan oleh Tuhan yang
harus dipatuhinya, karena melalui syari’at itu hubungan manusia dengan Allah
menjadi utuh. Cara pandang ini membuat agama berkonotasi kata benda sebab agama
dipandang sebagai himpunan doktrin.
Komaruddin
Hidayat seperti yang dikutip oleh Muhammad Wahyuni Nifis lebih memandang agama sebagai kata kerja,
yaitu sebagai sikap keberagamaan atau kesolehan hidup berdasarkan nilai-nilai
ke Tuhanan.
Walaupun kedua
pandangan itu berbeda sebab ada yang memandang agama sebagai kata benda dan
sebagai kata kerja, tapi keduanya sama-sama memandang sebagai suatu sistem
keyakinan untuk mendapatkan keselamatan
disini dan diseberang sana.
B. Agama dan Budaya
Budaya menurut Koentjaraningrat adalah keseluruhan
sistem, gagasan, tindakan dan hasil kerja manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar.
Jadi budaya diperoleh melalui belajar.
Tindakan-tindakan yang dipelajari antara lain cara makan, minum, berpakaian,
berbicara, bertani, bertukang, berrelasi dalam
masyarakat adalah budaya. Tapi
kebudayaan tidak saja terdapat dalam soal teknis tapi dalam gagasan yang
terdapat dalam pikiran yang kemudian terwujud dalam seni, tatanan masyarakat,
etos kerja dan pandangan hidup. Yojachem Wach berkata tentang pengaruh agama
terhadap budaya manusia yang inmaterial bahwa mitologis hubungan kolektif
tergantung pada pemikiran terhadap Tuhan. Interaksi sosial dan keagamaan berpola
kepada bagaimana mereka memikirkan Tuhan, menghayati dan membayangkan Tuhan.
Lebih tegas dikatakan Geertz, bahwa wahyu membentuk
suatu struktur psikologis dalam bentuk manusia yang membentuk pandangan hidupnya, yang menjadi
sarana individu atau kelompok individu yang mengarahkan tingkah laku mereka. Tetapi juga wahyu bukan saja
menghasilkan budaya immaterial, tetapi juga dalam bentuk seni suara, ukiran,
bangunan.
Dapatlah disimpulkan bahwa budaya yang digerakkan
agama timbul dari proses interaksi manusia dengan kitab yang diyakini sebagai
hasil daya kreatif pemeluk suatu agama tapi dikondisikan oleh konteks hidup
pelakunya, yaitu faktor geografis, budaya dan beberapa kondisi yang objektif.
Faktor kondisi yang objektif menyebabkan
terjadinya budaya agama yang berbeda-beda walaupun agama yang mengilhaminya
adalah sama. Oleh karena itu agama Kristen yang tumbuh di Sumatera Utara di
Tanah Batak dengan yang di Maluku tidak begitu sama sebab masing-masing
mempunyai cara-cara pengungkapannya yang berbeda-beda. Ada juga nuansa yang membedakan Islam yang tumbuh dalam masyarakat
dimana pengaruh Hinduisme adalah kuat dengan yang tidak.
Demikian juga ada perbedaan antara
Hinduisme di Bali dengan Hinduisme di India, Buddhisme di Thailan dengan yang
ada di Indonesia. Jadi budaya juga mempengaruhi agama. Budaya agama tersebut
akan terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan kesejarahan dalam
kondisi objektif dari kehidupan penganutnya. Tapi hal pokok bagi semua agama
adalah bahwa agama berfungsi sebagai alat pengatur dan sekaligus
membudayakannya dalam arti mengungkapkan apa yang ia percaya dalam
bentuk-bentuk budaya yaitu dalam bentuk etis, seni bangunan, struktur
masyarakat, adat istiadat dan lain-lain. Jadi ada pluraisme budaya berdasarkan
kriteria agama. Hal ini terjadi karena manusia sebagai homoreligiosus merupakan
insan yang berbudidaya dan dapat berkreasi dalam kebebasan menciptakan pelbagai objek realitas dan tata
nilai baru berdasarkan inspirasi agama.
BAB
III
PEMBAHASAN
A.
Perkembangan
akultrasi dalam masyarakat Indonesia
Kepercayaan di Indonesia saat dahulu adalah animisme,
dinamisme. Mereka percaya pada tumbuhan-tumbuhan yang mempunyai kekuatan gaib
ataupun setiap benda di dunia ini yang mereka percayai mempunyai roh-roh yang hal ini membuat mereka
percaya kepada suatu bangunan dari batu untuk dijadikan tempat menyembah.
Kepercayaan dan
tradisi lokal dalam msyarakat yang masih terdapat sisa-sisa tradisi
meghalithikum (adalah kebudayaan yang menghasilkan bangunan-bangunan dari batu
besar, seperti menhir adalah tugu yang melambangkan arwah nenek moyang sehingga menjadi benda pujaan.
Dolmen adalah bentuknya seperti meja batu berkakikan tiang satu yang merupakan
tempat saji). Pada dasarnya tertumpu pada keyakinan tentang adanya aturan yang mengatasi segala yang terjadi dalam alam
dunia. Tradisi kepercayaan dan sistem sosial budaya adalah produk masyarakat lokal dalam menciptakan keteraturan seperti
tradisi lokal itu adalah melakukan upacara adat menghadirkan tata cara menanam
dan memanen, melakukan selamatan serta melakukan upacara peralihan hidup.
Masuknya
Hindu-Budha di Indonesia menyebabkan akulturasi. Kebudayaan Hindu-Budha yang
masuk di Indonesia tidak diterima begitu saja melainkan melalui proses
pengolahan dan penyesuain dengan kondisi masyarakat Indonesia tanpa
menghilangkan unsur-unsur asli. Unsur Hindu-Budha lebih kuat dan lebih menonjol
sedangkan unsur atau ciri-ciri kebudayaan Indonesia terdesak. Terlihat dengan
banyak ditemukannya patung-patung dewa Brahma, Wisnu, Syiwa, dan Budha di
kerajaan-kerajaan seperti Kutai, Tarumanegara dan Mataram Kuno. Bersamaan
dengan masuk dan berkembangnya agama Islam berkembang pula kebudayaan Islam di
Indonesia. Unsur kebudyaan Islam itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan Indonesia tanpa menghilangkan
kepribadian Indonesia, sehingga lahirlah kebudayaan baru yang merupakan
akulturasi kebudayaan Indonesia dan Islam. Akulturasi kebudayaan Indonesia dan
Islam itu juga mencakup unsur kebudayaan Hindu-Budha.
B.
Bentuk-bentuk
akulturasi Animisme, Dinamisme, Hindu-Buddha dan Islam
Bentuk-bentuk akulturasi
animisme-dinamisme yaitu:
1.
Bangunan
Hasil
dari bentuk akulturasi budaya animisme-dinamisme dapat terlihat dari sisa
peninggalan kepercayaan budaya lokal masyarakat yang percaya pada pemujaan roh
nenek moyang dan benda-benda supranatural yang menghasilkan budaya dalam segi
bangunan yaitu bangunan seperti dolmen, sarkofagus, dan menhir.
2. Religi
Sebelum
masuk pengaruh hindu-budha ke nusantara, bangsa nusantara mengenal dan memiliki
kepercayaan yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan percaya pada
benda-benda yang memiliki kekuatan supranatural (animisme dan dinamisme).
Ritual yang dilakukan dalam animisme-dinamisme yaitu pemujaan terhadap roh
nenek moyang dengan memberikan sesajen.
Bentuk-bentuk
akulturasi hindu-budha yaitu:
1. Bangunan
Masuknya hindu-budha membawa
perubahan dalam bangunan karena terjadinya akulturasi antara animisme-dinamisme
dan hindu-budha. Hasil dari akulturasi bangunan yaitu candi, candi merupakan
hasil bangunan zaman meghalithikum yaitu bangunan punden berundak-undak yang
mendapat pengaruh hindu-budha contohnya candi prambanan pengaruh hindu dan
candi borobudur pengaruh budha.
2. Religi
Masuknya hindu-budha mendorong
masyarakat nusantara mulai menganut agama hindu-budha walaupun tidak
meninggalkan kepercayaan asli seperti pemujaan terhadap arwah nenek moyang dan
dewa-dewa alam. Telah terjadi semacam sikretisme yaitu penyatuan paham-paham
lama seperti animisme-dinamisme, totemisme dalam keagamaan hindu-budha. Ritual
keagamaan yang terjadi pada masa hindu-budha melakukan peribadatan di candi
sebagai simbol candi tempat para dewa.
Bentuk-bentuk akulturasi islam
yaitu :
1. Bangunan
a. Masjid
yaitu tempat orang beribadah yang menurut peraturan islam. Dari masjid-masjid
di indonesia ada bebagai hal yang menarik perhatian dan menjadi corak yang
khusus. Pertama adalah atapnya yaitu
atap yang melingkupi ruang bujur sangkar. Letaknya itu berupa atap tumpang, adapun atapnya itu berupa
atap tumpang yaitu atap yang bersusun, semakain ke atas semkain kecil sedangkan
tingkatan yang paling atas berbentuk linmas.
b. Jumlah tumpang itu selalu ganjil, biasanya
tiga atau lima seperti pada mesjid Banten. Atap tumpang dapat di tangkapa
sebagai suatu bentuk perkembangan dari dua unsur yang berlainan yaitu : atap
candi yang denahnya bujur sangkar dan selalu bersusun (berundak-undak), dan
pucuk stupa yang adakala berbentuk susunan payung-payung yang terbuka.
c. Seni
ukir
Seni ukir ini biasanya terdapat
pada hiasan-hiasan masjid ataupun di batu nisan. Masjid yang dihias dengan
ukiran-ukiran adalah masjid Mantingan dekat Jepara[2],
berupa pigura-pigura yang tidak jelas asalnya.Gapura-gapura juga banyak diukiri
dengan pahatan-pahatan yang sangat indah. Misalnya hiasan-hiasan pada candi
Bentar di Tembayat (Klaten) yang di ketahui yang mendirikannya adalah Sultan
Agung dari Mataram (tahun 1633), sedangkan hiasan-hiasan pada Gapura
Sedangduwur (Tuban), yang polanya terutama sekali berupa gunung-gunung karang[3].
Corak dan pola-pola hiasan pada gapuar Sedangduwur ini banyak persamaannya
dengan gapura-gapura di ujung Selatan Bali. Hal ini membuktikan bahwa saat itu
seni ukir masih di pengaruhi oleh budaya Hindu karena gapura Sedangduwur
mempunyai persamaan dengan gapura di Bali yang mayoritas beragama Hindu.
2. Religi
C.
Penyebab
terjadinya akulturasi dalam hal keagamaan dan Budaya
Sebelum budaya India
masuk, di indonesia telah berkembang kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap
roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat animisme dan dinamisme[4].
Animisme merupakan satu kepercayaan terhadap roh atau jiwa sedangkan dinamisme
merupakan satu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Dengan
masuknya kebudayaan india, pendudduk nusantara secara berangsur-angsur memeluk
agma hindu dan buddha, awali oleh lapisan elite para raja dan keluarganya.
Agama hindu dan buddha yang berkembang di indonesia sudah mengalami perpaduan
dengan kerpacayaan animisme dan dinamisme, atau dengan kata lain mengalami sinkretisme.
Sinkritisme adalah bagian dari proses akulturasi yang berarti perpaduan dua
kepercayaan yang berbeda menjadi satu.
Untuk itu agama hindu dan budha
yang berkembang di indonesia, berbeda dengan agama hindu-budha yang dianut oleh
masyarakat india. Perbedaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara
ritual yang diadakan oleh umat hindu bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan
oleh umat hindu di india. Kedatangan bangsa gujarat ke nusantara
BAB
VI
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam
penyusunan makalah ini mengenai
akulturasi kebudayaan animisme, dinamisme hindu-budha dan islam dalam
menarik kesimpulan bahwa
akulturasi adalah pencampuran budaya asing dengan budaya lokal.
Sehingga
bentuk akulturasi yang menghiasi kehidupan dan kebudayaan masyarakat Indonesia.
Kebudayaan yang berbeda melebur menjadi satu menghasilkan kebudayaan baru
tetapi tidak menghilangkan kepribadian/sifat kebudayaan aslinya.
Telah
terjadinya semacam sinkretisme yaitu penyatuan paham-paham lama seperti
animisme-dinamisme, totemisme dalam keagamaan hindu-budha. Ritual keagamaan
yang terjadi pada masa hindu-budha melakukan peribadatan di Candi.
Adanya berbagai
suku bangsa yang terdapat di Indnonesia, secara alami akan terjadi pertemuan
dua budaya atau lebih. Dalam peroses akulturasi, semua perbedaan yang ada akan
berjalan beriringan dengan semua unsur persamaan yang mereka miliki sampai pada
ahkirnya budaya yang memiliki pengaruh lebih kuat akan berperan besar dalam
peroses akulturasi.
membantu banget kak infonya makasih yah
BalasHapusquran digital